Pages

Friday, March 4, 2011

Pelimbangan Lima Sekawan

Pada sekitar bulan Agustus tahun 2005, saya yang berasal dari daerah kampung, tepatnya dari Nganjuk mulai menginjakkan kaki pertama kali di kota Bandung. Tujuan saya ke Bandung tidak lain adalah untuk menempuh pendidikan di Universitas Padjadjaran. Karena sebelumnya saya dinyatakan lolos Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).Dengan bangganya saya bisa kuliah di Bandung, Ha.ha.ha….. Eh..ternyata, lokasi studi saya bukan di kota Bandung, melainkan agak jauh dari Bandung, yakni sekitar 25 km dari pusat kota. Tapi tidak apalah, masih deket juga dari Bandung, Heem… Studi saya di daerah kawasan pendidikan Jatinangor-Sumedang. Di sana terdapat empat perguruan tinggi yakni IPDN, IKOPIN, UNWIM, dan UNPAD. Ketika pertama kali masuk kuliah, pastinya saya sedang sibuk-sibuknya dengan berbagai kegiatan atau acara kampus yang harus dijalani. Setelah beberapa bulan kemudian, hal itu menjadi agak lebih santai. Ciri-ciri tingginya 165cm, rambut lurus, Menurut teman-teman, saya sih orangnya baik, menghormati orang lain, menaruh senyum ketika bertemu dengan siapa saja. Sehingga wajar kalau saya mempunyai banyak teman.

Salah satu teman dekat saya pada saat itu adalah Hermes Ernessco Parlagutan Tampubolon atau panggilan singkatnya Rico. Dia berasal dari etnis Batak, dengan marga tampubolon. Ciri-cirinya tinggi sekitar 169cm, rambut pendek, sering pakai jaket. Saya dan dia sama-sama kuliah di jurusan sastra Perancis, namun karena tidak betah dengan sistem pendidikan yang terapkan, akhirnya kami berdua melakukan alih program studi ke ilmu sejarah. Ternyata proses tersebut tidak segampang yang dipikirkan oleh kami sebelumnya. Banyak birokrat kampus yang harus kami lalui. Saat itu, hampir setiap hari kita berdua pergi ke kampus untuk menanyai kejelasan tentang nasib kami. Tiap hari kita nunggu berjam-jam di depan kantor jurusan maupun kantor pembantu dekan. Namun setelah dua bulan lamanya, akhirnya selesai juga proses perpindahan tersebut. Hore….Wah kami senang sekali….sambil berjingkrak..jingkrak.
Lalu kemudian kami mulai masuk jurusan ilmu sejarah pada tahun 2007. Pada tahun tersebut kami punya temen baru lagi, nama Bimo Adriawan, panggilannya Bimo. Bimo adalah ketua angkatan mahasiswa ilmu sejarah 2007. Dia orangnya tidak terlalu besar, tinggi sekitar 167cm, dan sukanya memberi motivasi kepada teman-teman. Dia dapat dikatan mahasiswa yang paling pandai pada angkatannya. Karena kita sering kuliah bareng, dan kadang sering mengejakan tugas bareng, sehingga kami merasa lebih dekat. Biasanya setiap hari jum’at kita pasti mendapat tugas yang sangat banyak dari dosen kami, sehingga teman-teman berkumpul di tempat kosan saya untuk mengerjakan tugas tersebut. Waktu mengerjakan tugas tersebut dimulai dari jam 20.00 wib sampai jam 12.00 malam, kadang-kadang lebih dari itu. Sehingga kami bertiga sering tidur bareng “eitsss…jangan mikir yang aneh2”.
Lalu setahun kemudian si Rico memperkenalkan temen barunya kepada kami. Dia juga anak sastra, tepatnya anak sastra Indonesia angkatan 2005. Ciri-cirinya orangnya berambut lurus dan panjang, memakai kaca mata, tinggi sekitar 170cm. Kelebihan dia adalah pandai berbicara, merayu, dan humoris, pokoknya orangnya asik deh, He.he.he.he. Dia bernama Rony Robiansyah, panggilannya Bizon atau Boy. Tidak berselang lama, Bimo juga memperkenalkan temannya kepada kami. Dia bernama Pratomo, dia masih satu fakultas juga. Namun beda jurusan. Pratomo mengambil jurusan Sastra Jepang D3. Ciri-cirinya adalah memakai kacamata, badannya agak kurus, tinggi sekitar 169cm, rambut pendek, kelebihannya kalau ngomong tidak pernah berhenti kalau tidak di stop.
Kami berlima sering bertemu baik itu di kampus, di kantin, maupun di tempat keramaian (MALL). Ketika bertemu kami sering melakukan canda, tebak-tebakan, makan bareng, dan lain sebagainya. Pokoknya kami berlima kalau di kampus disebut “lima sekawan” yang paling kompak. Kalau ngobrol biasanya kami mengobrol tentang masalah pendidikan, tugas kuliah, negara, horror, wanita, bahkan hal-hal yang paling sensitive kita obrolkan, maklum masih anak muda jiwanya masih bebas kemana-mana.
Pada suatu hari kita memperbincangkan tentang masalah wanita. Wah… ternyata tanggapan dari teman-teman sangat serius. Kebetulan kami berlima sedang menjomblo semua, jadi kami berdiskusi bagaimana caranya mendapatkan seorang wanita. Masing-masing dari kami mempunyai cara tersendiri dalam mencari wanita. Ada yang melalui cara biasa atau tradisional, ada yang melalui cara modern. Kami berlima saling berdebat mengenai cara mendapatkan wanita. {Dalam hati saya. “wah kaya merumuskan Pancasila saja, sampai ngotot ngoto gitu”). Akhirnya diskusi tersebut dilanjutkan pada keesokan harinya. Karena waktunya sudah tidak memungkinkan lagi, dan masing-masing orang harus membawa ilmu-ilmu cara menggaet wanita yang berasal dari sumber apapun. Entah itu dari Koran, buku, majalah, internet, ataupun video. Asalkan bukan video bokep, Ha.ha.ha…
Setelah itu kami berlima berkumpul lagi dengan membawa catatan mengenai cara yang tepat untuk mendapatkan seorang wanita. Kami saling bertukar informasi satu sama lain. Dengan memahani cara pandang wanita terhadap pria, cara berbicara, bahasa tubuh, dan lain sebagainya. Akhirnya kita mendapatkan satu rumusan yang kami pikir cocok untuk mendapatkan seorang wanita yang paling di idam-idamkan, Hahahahah….
Caranya adalah pada langkah pertama si cowok harus berani mengatakan 3 hal ini kepada cewek yang belum dikenal sedikitpun. Ketiga hal itu adalah (1) Pembukaan dan memperkenalkan nama diri…..(2) Menjelaskan maksud dan tujuan saya adalah ….(3) Minta nomor HP-nya dan menjelaskan dengan tegas bahwa kita hanya sekedar teman.
Melihat cara itu semua, sebagian dari kami menganggapnya gampang sekali atau Ah..itu mah sepélé, terutama si Pratomo dan Rico. Akhirnya kami membuat sebuah tantangan. Tantangannya adalah (1) Berkenalan dengan seorang wanita yang belum kita kenal sama sekali “asing” dengan cara seperti diatas. (2) Diberi waktu selama 2 jam. (3) Bagi temen yang tidak bisa melakukan hukumannya adalah mentraktir makan sepuasnya. Kami berlima sepakat dengan tantangan tersebut. Lalu kami menuju Jatinangor Townsquare (Jatos). Kami masuk sekitar pukul 10.00 pagi, berkeliling dari satu gerai ke gerai lain, sambil cari korban yang akan dijadikan sasaran, dari lantai satu sampai lantai 3 kami telusuri. ketika ada target kita selalu bingunng bagaimana cara mendekati nya. Ternyata kenyataan di lapangan sangat berbeda sekali dengan teori. Kalau boleh bilang kata hati ini selalu bilang “takut dia nolak, takut lari, takut kenapa-napa, takut dilihat orang lain, dan lain sebagainya”. Perasaan tersebut juga dialami oleh teman-teman yang lain. Kami berjalan kesana-kemari sambil menatap jam tangan. Ternyata pertama kali si Boy yang lulus duluan. Dia bisa mendapatkan kenalan dengan seorang cewek muda, cantik, wah pokoknya mantap banget lah….Dia mendapatkan pada menit ke-15. Teman-teman pada kasih komentar dan ucapan selamat. Lalu tinggal 4 orang lagi yang tersisa. Pada menit ke-49 Alhamdullilah saya mendapatkan kenalana juga, meskipun biasa-biasa saja, yang penting tidak ada beban. Lalu pada menit ke-70 si Bimo juga berhasil mendapatkan kenalan. Waktu tinggal tersisa 30 menit lagi, Rico dan Pratomo belum dapat kenalan juga. Hingga waktu berakhir mereka berdua (Rico dan Pratomo) belum mendapatkan kenalan, padahal kami sudah memberi semangat kepada mereka. Namun mereka tetap tidak bisa. Apa boleh buat mereka harus menerima hukuman. Hukumannya adalah mentraktir makan. Ha.ha.ha…Akhirnya kita bertiga ditraktir makan sepuasnya di salah satu tempat makan terkenal. Saya tidak tau habis berapa tuh. Dalam hati saya bilang “Kapan seperti ini terjadi lagi,,hahhahah”.
NB: Cerita di atas merupakan kejadian yang tidak 100% benar, masih ada cerita yang berbahu fiktif.

No comments:

Post a Comment

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.